Monday, December 23, 2019

Fandom Untuk Fanwar : Ketika Remaja Terlalu Mencinta


Musik K-Pop beserta orang / grup yang membawakannya sudah terkenal sampai pada taraf internasional. Penggemar mereka juga sudah berasal dari berbagai belahan dunia. Penggemar sangat berarti bagi artis K-Pop, demikian juga sebaliknya. Para penggemar sangat mengidolakan dan sangat menginginkan kesuksesan idola mereka. Para penggemar bersedia melakukan segala cara, termasuk war dengan para penggemar dari artis K-Pop lainnya yang dianggap menjelekkan atau mengancam keberhasilan idolanya. Namun, apakah ini adalah cara terbaik untuk meningkatkan popularitas sang idola? Apakah war (perang) memang harus terjadi antara penggemar yang satu dengan penggemar lainnya? Adakah cara agar war antarpenggemar tidak terjadi? Dimanakah kesadaran untuk saling menghargai preferensi masing-masing pribadi?

Hasil gambar untuk game of thrones season 8 finale
Google.com

Korea Selatan bukan lagi negara yang asing bagi masyarakat Indonesia. Negara Gingseng ini terbukti telah mengglobal apalagi segi entertainmentnya. Pemerintahnya sangat aktif mendukung segi entertainment dengan memberikan anggaran yang besar, karena segi ini justru memberikan dampak ekonomi yang besar bagi Korea Selatan.  Terdapat begitu banyak produk Korea Selatan yang dapat kita nikmati sehari-hari, seperti K-Drama, K-Pop, acara TV, dan makanannya. Semua ini adalah bukti kesuksesan Korean Wave / Hallyu yang sudah dimulai sejak tahun 1990-an di dunia (https://quod.lib.umich.edu/i/iij/11645653.0002.102?view=text;rgn=main).


Meskipun Korea memiliki musik khas mereka sendiri, dapat diperhatikan bahwa musik yang sampai pada level internasional adalah K-Pop (http://www.mcgilltribune.com/a-e/surfing-the-korean-wave-how-k-pop-kpop-is-taking-over-the-world-012858/). K-Pop, atau Korean Pop, adalah genre musik yang merupakan gabungan dari berbagai macam genre seperti Rock, Ballad, Rap, dll. Begitu banyak idol (sebutan umum untuk singer, dancer, rapper, juga aktor dan aktris) dari negara ini, baik dalam bentuk solo, duo, maupun grup (sampai aku pernah berpikir mungkin saja rakyat Korea sehari-harinya tidak sengaja ketemu dengan para idol). Postingan ini akan lebih membahas idol dalam bentuk grup musik. Aku sangat kagum terhadap orang-orang yang bisa menyanyi dan nge-rap sambil menari. Apalagi girl grup yang tampil dengan mengenakan High Heels.

Google.com
Hasil gambar untuk red velvet performances
Google.com
Hasil gambar untuk blackpink dan ariana grande
Google.com



Grup-grup idol memang sudah lama ada, namun semakin booming setelah munculnya Super Junior, BigBang, Girls Generation, dll. Aku masih ingat saat SD, temanku sudah ada yang menjadi fans salah satu grup tersebut. Lagu grup Korea pertama yang kuingat itu Mr. Simple dari Super Junior. Sepertinya pada saat itu lagu tersebut memang sangat terkenal di Indonesia, atau mungkin di dunia. Kalau lagunya sudah sampai setenar itu, tentu penggemar mereka juga sudah tidak hanya berbasis negara asal mereka. Fandom, sebutan untuk kelompok penggemar dari seorang / sekelompok idol, bisa disebut sebagai sumber popularitas idol, juga tanda kesuksesan mereka. Semakin mendunia mereka, semakin besar fandom tersebut. Hal yang umum bagi idol asal Korea, terutama idol K-POP, untuk memberikan nama bagi fandom mereka. Nama fandom ini juga tidak sembarangan diberikan. Terdapat singkatan atau makna tertentu didalamnya. Misalnya Elf (Everlasting Friend), fandom dari Super Junior, VIP (Very Important Person), fandom dari Big Bang, dan banyak lagi. Namun, selain ada karena menyukai idol, fandom ternyata memiliki “tanggungjawab” lainnya.


Hasil gambar untuk fanwar
Google.com


Korea Selatan banyak menggelar berbagai acara Award seperti Asia Artist Award dan Melon Music Award untuk memberikan apresiasi kepada entertainer mereka dengan berbagai kategori. Entertainer yang memenangkan penghargaan untuk suatu kategori umumnya adalah mereka dengan perolehan suara terbanyak. Tidak perlu cocoklogi yang mendalam, pembaca pasti bisa menebak fungsi lain dari sebuah fandom, kan? Ya! Mereka “bertanggungjawab” untuk memastikan idol mereka mendapatkan vote sebanyak mungkin. Tidak mengherankan apabila idol dengan fandom yang besar yang biasanya memenangkan acara Award. Dengan menangnya idol mereka, fandom pun ikut gembira dan merasa bangga. Menurutku, ini adalah salah satu alasan mengapa kemudian terjadilah perang antara fandom idol ini dan fandom idol itu, yang istilah kerennya fanwar.


Hasil gambar untuk war begins
Google.com


Wah, ibarat cerita avatar Aang. Dahulu ke empat pengendali (fandom) hidup damai, kemudian datanglah negara api (fandom agresif) menyerang. Haha… Mungkin kasus ini terlihat remeh. Namun tidak sedikit dampak negatif yang terjadi karenanya. Faktanya, target pasar musik K-POP adalah remaja yang terkenal sebagai fase paling labil seseorang. Kata labil identik dengan tidak dewasa, dan fans yang tidak dewasa ternyata menghalalkan segala cara agar idol merekalah yang terbaik (sesuai dengan definisi mereka sendiri). Cara-cara tersebut berupa bullying, penghinaan, manipulasi, bahkan sampai pada kekerasan fisik. Mereka juga sangat mudah untuk diprovokasi. Bukan hanya kepada idol lainnya. Dikutip dari https://tirto.id/penggemar-k-pop-agresif-cu6S, beberapa idol mendapatkan “efek cinta yang begitu besar” justru dari penggemar mereka sendiri, seperti kekerasan fisik dan pelanggaran privasi. Sampai ada dugaan bahwa mungkin beberapa penggemar mengidap Celebrity Worship Syndrome, yaitu ketika seseorang menjadi terlalu terlibat dan tertarik (benar-benar terobsesi) dengan rincian kehidupan pribadi seorang pesohor idolanya.


Fanwar terbesar saat ini mungkin adalah Army dan Exo-L, berhubung keduanya sangat terkenal dan masih sangat aktif dalam dunia entertainment. Ketika aku browsing mengenai kedua fandom ini, muncullah beberapa blogspot berisi curahan hati seseorang terhadap fandom “lawan”nya. Supaya adil, aku membaca dari seorang Army juga dari seorang Exo-L. Kesimpulan yang dapat ditarik adalah mereka berdua sama-sama merasa kalau fandom yang lain yang memancing duluan dan tidak dewasa, meskipun mereka juga sadar kalau fandom mereka sendiri juga memiliki anggota yang seperti itu. Sepertinya pada saat mereka mengetik postingan tersebut, sudah tertanam stereotip tertentu mengenai fandom lainnya. Salah satu dari mereka bahkan sampai tidak menyukai idol itu sendiri dengan alasan kalau fandom mereka terlalu lebay.


Hasil gambar untuk fanwar
Google.com


Sekarang ini, momen saat aku mengetik postingan ini, sedang ada fanwar yang terjadi, yaitu #oncecyberbullying, dimana Once (fandom dari Twice) berperang dengan fandom lain terutama dengan Blink (fandom dari Blackpink). Aku tidak akan membahas apa tuduhannya, karena mungkin akan memancing fanwar baru ☺.


Aku mewawancarai satu orang yang pernah terlibat dalam fanwar antara Army dan Exo-L. Sebut saja FG. FG mengaku bukan anggota salah satu fandom. Ia hanya kagum pada beberapa anggota dari kedua grup tersebut karena bakat mereka. Ia malahan lebih mengikuti penyanyi solo daripada grup. Ia terikut dalam fanwar kedua grup ini, lebih tepatnya diserang dengan banyak komentar oleh salah satu fandom, ketika memberikan pendapat di suatu postingan yang membahas pemilihan lagu sepak bola, antara Power dari Exo dan Fake Love dari BTS. Bahkan salah seorang anggota fandom tersebut ngestalk akun instagram miliknya dan menuduhnya berkomentar seperti itu karena ia adalah anggota fandom grup lainnya. Kemudian ketika aku bertanya soal fanwar kepada temanku yang lain yang penggemar musik K-POP, ia berkata, “I think it’s fans degrading other’s to raise theirs, not knowing respect nor acknowledging co-existence. Eww. Unnecessary hatred.”


Menurutku, Fanwar, dilihat dari segi mana pun, memang kurang bernilai untuk dilakukan. Tujuan fanwar biasanya adalah membuktikan bahwa idolnya yang lebih hebat. Apakah dengan menjelekkan, menjatuhkan, memanipulasi data, menyerang fandom, dan mengancam idol lain, menjadikan idol sebagai yang terhebat? Menjadikan suatu fandom sebagai fandom yang terbesar? Terkuat? Sikap dan perilaku seperti ini bukan hanya menjelekkan fandom itu sendiri, melainkan justru ikut menjelekkan idol yang memiliki fandom tersebut. Kalau idol memang berkualitas, ia pasti akan naik secara natural. Tidak perlu menghalalkan segala cara agar idol terlihat paling hebat. Hal tersebut justru menjadi boomerang bagi idol, karena mereka yang benar-benar hebat tidak perlu memaksakan orang lain untuk mengakui kehebatannya. Realitanya, ketika fandom-fandom berperang, para idol mereka sendiri justru akrab berbincang-bincang sambil menikmati pertunjukan dari idol lainnya.

Hasil gambar untuk keakraban exo dan bts di acara award
Google.com


Fanwar terjadi umumnya berawal dari media sosial, ketika satu anggota atau satu fandom tersinggung dengan suatu postingan yang provokatif. Suatu fandom adalah komunitas global yang berisi banyak orang dari berbagai negara dengan berbagai latar belakang yang berbeda. Dikutip dari buku Samovar, kita perlu untuk mengetahui etika dalam berkomunikasi antarfandom agar tidak terjadi misinterpretasi. Misalnya kita perlu mengingat bahwa komunikasi (postingan) mendatangkan respons, maka dari itu perlu berhati-hati dalam memposting sesuatu dengan memikirkan kita-kira apa tanggapan orang lain (fandom lain) ketika membaca postingan tersebut. Jangan mudah untuk salah paham dan diprovokasi. Kita juga mesti menunjukkan hormat terhadap pihak lain. Setiap orang berharap untuk dihormati sehingga bila kita ingin menghormati, kita juga harus menghormati pihak lain. Antarfandom bisa kok berbincang hangat. Agar lebih mudah, kita bisa mencari kesamaan yang dimiliki oleh para idol. Misalnya Chanyeol Exo dan Jin BTS sama-sama bisa main gitar. Ini bisa jadi topik pembicaraan yang menyatukan Army dan Exo-L (harapannya, sih).

Selain itu, kita juga bisa belajar untuk menghargai perbedaan. Pembawaan Twice yang lebih girly dan Blackpink yang lebih ke Bad Ass tidak perlu diperbandingkan, karena memang berbeda. Kita tidak perlu memaksa seseorang untuk menyukai idol kita. Semua individu, termasuk idol, adalah pribadi yang memiliki keunikannya masing-masing. Kita perlu belajar untuk melihat sesuatu dengan sudut pandang yang lebih luas. Dan yang terutama, hindari yang namanya generalisasi. Memandang sebagian kecil sebagai representasi terhadap banyak orang dapat menjadi masalah karena hanya akan membatasi diri kita sendiri dalam memiliki pikiran yang terbuka Tidak semua anggota fandom yang lain membenci idol kita. Bisa jadi justru hanya sedikit yang seperti itu. Kita pun mestinya objektif dalam melihat para idol. Jangan karena terlalu cinta, kita justru menutup-nutupi / memaklumi kesalahan fatal idol kita, seperti yang terjadi dalam kasus Seungri dari BigBang (https://www.vice.com/id_id/article/3kgmny/bisakah-fans-k-pop-di-indonesia-berhenti-bela-oppa-sampai-titik-darah-penghabisan). Sebagai fans, kita seharusnya mendukung idol kita agar lebih baik lagi ke depannya.


Hasil gambar untuk jangan berpikiran sempit
Google.com

Bagi mereka yang memang memancing fanwar demi kesenangan pribadi, atau memang hobi menjelek-jelekkan orang, aku hanya ingin menyampaikan untuk segeralah bertobat dan hiduplah dengan damai, sebelum kena azab hahaha…

Bagi penggemar yang memang menderita Celebrity Worship Syndrome, segeralah pergi ke psikolog atau psikiater terdekat, karena obsesi itu benar-benar tidak sehat.

Remaja wajar saja mencinta, tapi tidak perlu terlalu mencinta, hingga menjadikanmu budak cinta, karena idola yang kamu cinta, mungkin saja tidak tahu kalau kamu ada.

Hasil gambar untuk wink emoji small



Referensi

Nakayama, Thomas dan Judith Martin. 2009. Intercultural Communication in Contexts. USA : McGraw-Hill Publishing Company

Samovar, Larry A. 2012. Communication Between Cultures. USA : Wadsworth Publishing

Tuesday, April 30, 2019

Buat Anak Kos


                Demi menempuh pendidikan atau bekerja di tempat yang sesuai dengan keinginan mereka, seseorang terkadang harus meninggalkan rumahnya dan merantau di tempat orang lain. Kalau mereka ini tinggal di rumah kos, maka status mereka pun berubah menjadi “anak kos”. Anak kos yang tinggal sendirian dan memiliki kebebasan umumnya sangat rentan dengan makanan-makanan yang kurang sehat. Hal itu mungkin saja terjadi karena sangat repot bagi seseorang yang tinggal sendirian untuk membeli dan atau memasak makanan sehat yang biasanya lebih mahal daripada makanan-makanan instan. Selain makanan, anak kos juga rentan akan kegiatan-kegiatan yang tidak baik bagi tubuh mereka, seperti begadang hingga akhirnya kurang tidur, jarang berolahraga, dll.

Image result for anak kos



               Dengan melihat fakta ini, kami dari kelompok 1 Creative Thinking tertarik untuk membuat suatu aplikasi yang dapat membantu anak kos untuk hidup dengan lebih sehat. Aplikasi ini rencananya akan memiliki fitur seperti jam tidur yang sehat, tempat yang menjual makanan yang sehat dan murah, rekomendasi kegiatan olahraga yang mudah dilakukan oleh anak kos, dll. Aplikasi ini dibuat secocok mungkin dengan keadaan anak kos yang memiliki dana yang terbatas :D

Media Iklan yang Digunakan
                Dengan memerhatikan bahwa target audience-nya adalah anak kos yang kira-kira sedang menempuh pendidikan di perguruan tinggi dan adalah generasi milenial (pengguna aktif Smartphone dan kerap menggunakan aplikasi ojek online ), maka iklan rencananya akan dipasang di media-media sosial yang sering digunakan oleh anak muda milenial seperti Facebook, Twitter, Instagram, juga Youtube. Berhubung anak kos juga identik dengan kegiatan shopping, iklan juga akan dipasang di baliho-baliho setempat dekat dengan kedai atau mall yang mungkin akan dikunjungi oleh anak kos.



Sumber Gambar : Google.com

Tuesday, April 23, 2019

Ethics in Creativity?


Etika secara umum adalah tentang baik atau buruk, benar atau salah suatu pemahaman atau tindakan tertentu. Ada pihak yang mengatakan kalau hal tersebut sangat personal. Sebenarnya apa yang disebut sebagai baik atau benar? Tentu pemahaman akan hal tersebut berbeda antara satu orang dengan orang lainnya bergantung kepada latar belakang mereka, konteksnya, dll. Namun ada juga yang mengatakan kalau terdapat etika yang sifatnya universal.  Misalnya seperti jangan membunuh, jangan mencuri, dll.

Image result for jangan membunuh gif     Image result for swiper don't swipe gif


Kalau begitu, apakah etika membatasi pikiran kreatif manusia? Suatu hal yang dianggap kreatif adalah ketika hal tersebut bersifat baru, inovatif, dan bermanfaat bagi kelompok masyarakat sasarannya. Dengan demikian, apakah produk kreatif seseorang mesti memenuhi etika yang berlaku?

Padahal terdapat juga produk kreatif yang sangat solutif untuk masyarakat, namun berpotensi melanggar etika yang selama ini sudah berlaku.

Disaat seperti ini, bagaimana masyarakat memutuskan keberlakuan produk kreatif tersebut?

Tidak ada yang dapat membatasi seseorang dalam berpikir, kecuali diri mereka sendiri dengan nilai dan prinsip yang mereka anut. Nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakat mungkin terkesan kaku dan sulit berubah. Namun, nilai-nilai yang berlaku itu pun bukan berarti sama sekali tidak berubah. Kalau aku diberi izin untuk berpendapat (yang tentu saja boleh karena Ratu Gabut adalah blogku :D), etika memang berpotensi membatasi eksekusi dari proses kreatif seseorang. Tidak akan ada suatu pemikiran kreatif terhadap suatu hal yang tidak membutuhkan solusi, artinya suatu hal yang sudah ada dan memenuhi etika masyarakat yang berlaku ternyata belum sepenuhnya memberikan kepuasan terhadap seluruh anggota masyarakat tersebut. Masih ditemukan masalah, dan masalah menghadirkan pemikiran untuk memecahkannya secara efektif dan efisien.


Image result for everything has changed gif


Aku setuju dengan betapa pentingnya anggota masyarakat untuk memahami dan melaksanakan etika yang berlaku, namun aku juga setuju kalau masyarakat dan etika itu berkembang sesuai perubahan zaman. Apa yang dahulu tidak ada / dilarang sekarang toh dilaksanakan juga, seperti perempuan yang dulu tidak boleh sekolah, Youtube yang perlahan menggantikan televisi, e-mail yang juga menggantikan surat-menyurat, dll. Sekaku apapun suatu etika, tetap saja tidak ada yang bisa menolak perubahan zaman.

Oleh karena itu, pelaku-pelaku kreatif yang dianggap melanggar etika tidak perlu rendah diri dulu. Asal memang memberi manfaat bagi banyak orang dan tidak melanggar HAM, produk kreatif tersebut (yang belum diterima masyarakat) mungkin saja akan diterima nantinya. Boleh saja target sasarannya dipikirkan kembali, atau dilakukan suatu inovasi lagi agar masyarakat merasa nyaman untuk menggunakan produk tersebut.


Para pelaku sejarah adalah para pemberontak yang kreatif :D


Image result for pemberontak gif

Sumber gambar : Google.com





Friday, April 12, 2019

Stakeholder Media


            Istilah Stakeholder, atau dalam pengertian umumnya adalah pihak pemangku kepentingan, sudah banyak digunakan dalam berbagai bidang seperti bisnis, media, politik, dll. Dalam seminar yang aku hadiri kemarin, mereka membahas tentang Stakeholder pada media. Kita tahu bahwa media massa didirikan dengan tujuan untuk melayani kepentingan publik dalam hal berita / informasi. Namun bagaimana bila terdapat pihak yang “mengendalikan” pemberian informasi tersebut, yang dimana adalah para pemilik media, demi kepentingan mereka sendiri? Bukankah hal ini adalah pelanggaran pada kaidah dan kode etik jurnalisme?

Image result for stakeholder

            Berikut merupakan rangkuman dari tiga tokoh yang menjadi narasumber dalam seminar Pekan Komunikasi Universitas Indonesia yang diadakan pada tanggal 10 April 2019 di Balai Sidang Universitas Indonesia dengan judul Stakeholder Media and It’s Impact on Polarization in the Digital Era sesi yang pertama.



            Salah satu hal yang penting pada jurnalisme adalah setia pada fakta. Meskipun bukan media konvensional seperti koran, tv, dll, bila informasi yang disampaikan oleh Vice maupun Watchdoc adalah fakta, mereka lolos pasal pertama jurnalisme. Kalau itu karya jurnalistik, maka prinsip verifikasi pun harus ada. . Sekarang ini, justru banyak media massa malah menjadi follower media sosial. Mereka sudah tahu itu keliru, namun isu tersebut masih saja dikutip / dibahas. Masyarakat Indonesia masih lemah dalam melakukan verifikasi, apalagi kalau berurusan dengan media sosial. Apakah media sosial memperkaya atau malah memiskinkan kita karena hanya berkomunikasi dengan orang yg sepaham dengan kita?

            Mari kita renungkan bersama :) :) :)

Tuesday, March 19, 2019

Sleephone Big Idea


Setelah beberapa tahap sebelumnya, sekarang aku sebagai Ratu Gabut mulai mencoba membuat Big Idea dari aplikasi Sleephone. Aku berharap agar calon konsumer mengerti maksud dari big idea ini J

Sleephone

Insight
Ketika kita kurang tidur, badan akan terasa lebih berat dan lemas keesokan harinya. Kepala juga pening, mood yang kurang baik, dan sulit untuk konsentrasi. Tidur yang cukup sangat penting untuk menjalani hari esok dengan ceria dan bersemangat.


Brand Connection
Sleephone adalah aplikasi yang mudah digunakan, ringan data, gratis, dan praktis. Konsumer tidak perlu repot mengisi data diri di dalamnya (cukup umur atau banyak jam tidur) dan e-mail. Sleephone menyediakan berbagai artikel dan artikel tersebut terjamin sumbernya. Musik dan suara untuk membantu menghantarkan tidur tersedia dengan cuma-cuma. Sleephone membantu niat konsumer untuk tidur dengan sehat sehingga mematikan internet pada smartphone mereka selama jam tidur tersebut.

Image result for sleep smartphone



Succint Expression

Sleephone : Tidur Yang Sehat Untuk Hari Yang Penuh Semangat

Image result for happy gif   Image result for happy gif     Image result for happy gif


Bagaimana menurut kalian :D :D


Sumber Gambar : Google.com

Tuesday, March 12, 2019

Tantangan Untuk Tidur Dengan Benar (2)

Masih merupakan lanjutan dari bahasan seminggu yang lalu, namun kali ini aku ingin lebih lanjut mendeskripsikan mengenai aplikasi yang bila Tuhan berkehendak mungkin saja akan ada di masa depan. Aku juga sudah membuat nama aplikasi ini untuk sementara, yaitu....

“Sleephone”

Berhubung karena aplikasi ini ada untuk membantu untuk tidur dengan sehat dan medianya adalah handphone / smartphone. Berikut mind mapnya.

Kampanye "Stres Butuh Tidur"

Image result for rumit

Meski ini masih merupakan pengamatan kecil-kecilan, namun cukup banyak juga temanku yag tidak bisa tidur karena gelisah, takut, atau perasaan negatif lainnya sehingga menyebabkan stres. Ketika sudah stres, mereka malah memainkan gadget mereka untuk berusaha menghilangkannya. Mereka main gadget dalam waktu yang lama, sehingga justru mengurangi waktu tidur normal mereka. Kekurangan tidur tersebut justru semakin menjemukan tubuh mereka sehingga menambah perasaan stres yang sebelumnya.

Image result for kurang tidur kartun

Maka dari itu, kampanye “Stres Butuh Tidur” diadakan untuk menghimbau masyarakat agar lebih baik mencoba tidur dahulu saat sedang stres agar saat bangun, tubuh terasa lebih segar sehingga kemudian dapat berpikir lebih jernih untuk mengatasi masalah yang membuat orang tersebut stres. Kampanye mungkin dapat dibuat di media sosial dengan menggunakan meme atau gambar-gambar yang lucu, seminar dengan dokter, dll.

Aku sendiri sebenarnya adalah salah satu anggota dari kelompok mata panda di dunia ini :D Aplikasi ini mungkin tidak akan bermanfaat bila penggunanya emang kepala batu, namun kalau bisa tidur dengan benar, esok mungkin akan menjalani hari dengan seru.
Sekian.....


Bacaannya :
https://hellosehat.com/hidup-sehat/psikologi/tidur-cukup-untuk-kesehatan-mental/
https://lifestyle.kompas.com/read/2014/04/22/1534039/Keasyikan.Main.Gadget.Kurangi.Waktu.Tidur.Remaja
Sumber gambar  Google.com

Sunday, March 3, 2019

Tantangan Untuk Tidur Dengan Benar




Sebagai Si Ratu Gabut, inilah salah satu aktivitas favoritku. Mind map berikut ini masih adalah pengamatanku sehari-hari di lingkungan asrama mahasiswa Universitas Indonesia. Tentu saja, pihak yang ingin “ditegur” adalah mahasiswa khususnya mahasiswa yang tinggal di asrama UI.



Kendala utama dari solusi yang ada kemungkinan besar adalah akan banyak mahasiswa yang tidak setuju kalau Wifi dinonaktifkan pada jam-jam tertentu (karena sudah biasa menikmati fasilitas tersebut seharian). Meningkatkan kualitas Wifinya juga mungkin membutuhkan prosedur yang amat panjang. Membangun aplikasi mungkin bisa, namun kembali kepada pengguna juga apakah akan mendownload aplikasi tersebut dan menggunakannya dengan bijak atau tidak.


Demikian…
Bacaan mengenai dampak negatif kurang tidur dan begadang pada tubuh dapat ditelusuri di https://www.alodokter.com dan https://lifestyle.kompas.com.

Tuesday, February 26, 2019

Berawal Dari Keresahan

Halo...
Kembali lagi bersama Ratu Gabut
Mungkin saat ini masyarakat Indonesia, khususnya yang berdomisili di kota-kota besar, sudah familiar dengan platform bertanda berikut ↴

 Image result for simbol gojek

Yap, salah satu platform ojek online (dan yang pertama di Indonesia) yang kini sudah menyediakan berbagai layanan lainnya selain ojek online, didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim. Nadiem Makarim adalah seorang pengusaha Indonesia kelahiran Singapura yang menyelesaikan program pasca-sarjananya di Harvard Business School. Woww... Harvard lohh.

Nadiem Makarim
Sekilas sejarah Gojek, jadi sebenarnya ide dari gojek ini sangat sederhana. Nadiem sang pendirinya melihat bahwa masalah utama ojek konvensional adalah waktu yang tidak produktif seperti mangkal dan menunggu penumpang. Kemudian pengemudi ojek harus bergiliran dalam mengambil penumpang dengan pengemudi ojek lainnya. Disisi lain, masyarakat juga malas untuk berjalan mencari pangkalan ojek. Di kota-kota besar, orang lebih suka menggunakan taxi karena lebih mudah dicari. Tapi kalau aku sih lebih memilih naik angkutan umum aja soalnya taxi sangat menguras dompet hahahaha...
Image result for ga modal

Berdasarkan riset tersebut, Nadiem mendapatkan ide awal untuk melakukan inovasi bagaimana cara menghubungkan pengendara ojek dengan calon penumpangnya. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan ponsel. GoJek dirintis dengan menggunakan sistem yang masih sederhana, yaitu calon penumpang menghubungi melalui telepon atau kirim sms. Pada saat ini, konsumer menggunakan smartphone dalam mengakses platform tersebut.

Dengan motif yang terlihat kecil dan remeh tersebut, sekarang Gojek justru berdampak sangat besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah menambah lapangan pekerjaan. Saat ini, jumlah driver Gojek mencapai 1 juta lebih orang. Gojek juga bermitra dengan lebih dari 125 ribu restoran yang tersebar di seluruh Indonesia. Masih banyak lagi kemitraan Gojek yang memberikan kemudahan bagi kita-kita sekalian untuk mengaksesnya hanya dengan Smartphone dan kuota yang cukup (serta duitnya juga, baik tunai maupun Go-pay). Aku sendiri sering menggunakan layanan gojek yang menurutku tidak begitu menguras dompet, beberapa kali memesan dengan Go-car dan Go-food, dan pernah menggunakan layanan Go-medic. Memang layanan yang begitu memanjakan. 

Kalau menurut pengamatanku, masyarakat perkotaan yang sudah terjangkau Gojek malah cukup bergantung dengan platform ini. Pernah saat masa orientasi di kuliahan, temanku ketinggalan sesuatu yang penting dan kemudian menggunakan Go-send untuk mengantarkannya kepada temanku. Coba kalau ga ada Go-send, kan temanku ini bakal dimarahin habis-habisan sama senior kami (walau akhirnya ketahuan sama senior tapi ga dimarahin habis-habisan lah :'D). Butuh apa-apa, pesen Gojek. Males keluar beli makan, pesen Go-food. Mau pulang ke kos-kosan, diluar hujan badai, mesen Go-car. Mau nganterin barang ke temen, eh mager, pesen Go-send. Begitulah kira-kira dampak Gojek yang dapat aku perhatikan. Pasti masih banyak dampak yang lain.


Image result for males dan main hp
Siapa yang pernah Nge Go-food tengah malam?
Nah, meski pemerintah sekarang pun mendukung adanya platform-platform seperti ini, bukan berarti tidak ada yang melawannya. Pihak yang paling pertama dan paling dekat dengan kerugian tersebut tentu adalah ojek konvensional. Di lingkunganku sendiri, cukup sering tuh driver ojek online darimana pun bertengkar (atau mungkin lebih tepatnya, diajak bertengkar) dengan ojek-ojek yang mangkal disitu. Bahkan sempat ada larangan bisnis transportasi online dari pemerintah pada tahun 2015. Tentu saja hal tersebut diprotes keras oleh mereka yang sudah nyaman menggunakan transportasi online tersebut. Mereka menyuarakan protes di media sosial, yang kemudian mendatangkan komentar bapak presiden sendiri. Pak Joko Widodo turun tangan sendiri untuk membatalkan berlakunya larangan tersebut.


Related image

Ternyata ide-ide yang mungkin terlihat sederhana, kecil, atau mungkin juga remeh bisa berdampak kepada satu negara yaa. Lihat saja Gojek. Gojek sudah melangkah ke pasar Asia Tenggara loh gengs. Jadi Gojek sudah hadir di Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina. Keresahan sang pendiri terhadap kengaretan ojek pangkalan membawanya menjadi Unicorn pertama Indonesia. Unicorn adalah usaha rintisan (startup) yang nilai valuasinya sudah melebihi USD 1 miliar atau Rp 14,3 triliun (1 USD=Rp14.369. Jadi kalau kalian ada keresahan atau kekesalan terhadap sesuatu misalnya nyamuk, kecoa, banjir, coba dipikirin lagi. Siapa tahu bisa kalian jadikan bisnis kedepannya :D

Sekian kegabutan saya...



Sumber
Gambar : Google.com
https://tirto.id/gojek-dan-revolusi-transportasi-umum-b2
https://www.finansialku.com/kisah-sukses-nadiem-makarim-pendiri-gojek/
https://www.go-jek.com/about/
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3582132/cerita-nadiem-makarim-bangun-go-jek-dari-nol-hingga-raih-sukses