Tuesday, February 19, 2019

Berpikir Kreatif Itu Gimana, sih?


Kali ini kita akan sedikit berfilsafat ria. Apa itu kreatif? Apa tolok ukur sehingga suatu ide disebut kreatif? Dahulu kala, aku menganggap kalau kreatif itu mesti membuat suatu hal yang belum pernah ada sebelumnya. Harus baru dan ga tercampur ide orang lain. Misalnya, aku akan disebut kreatif apabila mampu menemukan kacamata yang buat orang tunanetra dapat melihat jelas.


Daaan…. ternyata pengertianku kurang tepat saudara-saudara, sebab hanya Tuhan atau Dewa yang dapat melakukan hal tersebut (creatio ex nihilo – menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada.) Suatu ide / gagasan pasti dipengaruhi atau ada hubungannya dengan ide / gagasan yang sudah ada sebelumnya. Para ahli menawarkan model Cognitive Spiral yang dapat menjelaskan konsep pemikiran kreatif tersebut sebagai komponen integral dari semua proses kognitif. Barron dan Harrington (1981) membahas kreativitas sebagai kemampuan kreatif dan pencapaian kreatif. Demikian pula Hennessey dan Amabile (1988) mengemukakan bahwa kreativitas dapat membahas mengenai orang kreatif maupun produk kreatif.
Berikut pendapat lainnya soal kreativitas :

Leary (1964)
"Individu dapat dilihat dalam konteks dua rangkaian kreativitas : kinerja kreatif dan pengalaman kreatif. Dimensi pengalaman dimulai sejak “reproduksi” hingga mencapai “kreatif.” Reproduksi maksudnya yaitu menafsirkan hal-hal hanya dalam kerangka kerja yang telah dipelajari sebelumnya, sedangkan kreatif adalah membawa interpretasi yang tepat dan baru ke dalam pengalaman. Reproduksi adalah pengulangan kombinasi yang lama, sedangkan kreatif melibatkan suatu kombinasi yang baru."


Guilford (1959)
"Pemikiran kreatif sebagai sebuah model yang terdiri dari banyak faktor pokok, proses, atau keduanya. Pemecahan suatu masalah dapat dianggap sebagai usaha yang secara intrinsik adalah kreatif. Berpikir  kreatif dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori seperti kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi."









Pemikiran Kreatif dan Pemrosesan Kognitif

Salah satu model pemikiran kreatif yang terkenal adalah Wallas (1926), yaitu : persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pemikiran kreatif dipandang sebagai proses yang sangat khusus. Namun Beyer (1988) menganggap berpikir kreatif dan kritis adalah proses yang "digunakan untuk hampir semua tujuan". Mayer (1983) kemudian menunjukkan kolaborasi antara kedua perspektif ini dengan menyarankan bahwa kreativitas adalah mencari solusi baru untuk suatu masalah, dan pemecahan masalah adalah istilah yang relatif sama dengan pemikiran dan kognisi.

Image result for kolaborasi

Aspek "iluminasi" yang ditawarkan Wallas memenuhi kriteria kebaruan, dan "berpikir untuk tujuan apa pun" dari Beyer ditampung oleh hubungan tersirat antara pemecahan masalah dan kognisi.

Berpikir kreatif ⇒ pemecahan masalah, pemecahan masalah ═ proses kognitif

Kesimpulan ini sejalan juga dengan pendapat Dirkes (1977) yang memberikan perspektif pendidikan dengan menyarankan bahwa sebenarnya semua pembelajaran itu kreatif.
Di lain pihak, Torrance (1965) menggunakan definisi berikut sebagai berpikir kreatif: "... proses merasakan kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, elemen yang hilang, sesuatu yang miring ; membuat dugaan dan merumuskan hipotesis tentang kekurangan ini ; mengevaluasi dan menguji dugaan dan hipotesis ini ; mungkin merevisi dan menguji ulang mereka ; dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya”. Maka, seunik apapun ide kita, menjadi sia-sia bila kita tidak mengomunikasikannya ya teman-teman.


Kemudian muncullah gagasan kegunaan yang dicetuskan Mednick (1962). Dalam pandangan Mednick, daftar kognitif terbentuk, ide-ide di daftar teratas adalah yang memiliki asosiasi terkuat diantara informasi baru (yang disajikan sebagai stimulus) dan informasi lama (basis pengetahuan yang dipegang oleh individu.) Individu yang kreatif adalah seseorang yang tidak secara otomatis puas dengan asosiasi yang paling kuat, tetapi terus melanjutkan daftar dan menyelidiki hubungan lain.
Mayer (1983) mendefinisikan kreativitas sebagai aktivitas kognitif yang menghasilkan solusi baru untuk suatu masalah. Dalam hal ini, kreativitas dilihat sebagai suatu proses, hasil dari proses tersebut haruslah bersifat kebaruan, dan merupakan fungsi dari pemecahan masalah. Contoh sehari-harinya adalah soal surat. Dulu, sebelum ada internet, butuh waktu lama dan risiko tinggi untuk kita "ngobrol" dengan teman yang jauh dari kita lewat surat. Sekarang, dengan adanya e-mail, bahkan kita dapat chattingan dengan teman di lain benua dalam hitungan detik, asal kedua pihak memiliki kuota dan terjangkau internet :) Penemu e-mail sudah memecahkan masalah jarak dan waktu untuk kita dalam bertukar kabar dengan teman yang jauh dari kita secara kreatif. Mungkin masyarakat secara luas menganggap kreatif itu harus unik, beda dari yang lain. Namun, Gallagher (1975) berpendapat bahwa penentuan keunikan adalah relatif dan didasarkan pada pengalaman individu tersebut.


The Cognitive Spiral

Asumsi dasar Cognitive Spiral adalah bahwa otak merupakan suatu sistem penyelesaian masalah yang alami. 
The Cognitive Spiral Model

Proses evaluatif di otak kita menentukan kebutuhan mengakses kembali memori jangka panjang. Jika kita bertekad bahwa solusi yang kita tahu sekarang ini tidak dapat diterima, maka pemrosesan kembali terjadi. Informasi yang ada ini tentu mempengaruhi upaya kita selanjutnya dalam memecahkan masalah, dengan menghilangkan setidaknya satu solusi dan mengharuskan kemungkinan lain untuk kita identifikasi. Dalam pandangan ini, setiap kali stimulus diproses, basis pengetahuan kita diubah. Mungkin diperkuat, atau dipertanyakan, atau juga ditambahkan.
Pengetahuan sebagai wujud yang dinamis itu terus berkembang, beradaptasi, berorganisir, berasimilasi, sehingga membuat setiap stimulus adalah pengalaman baru. Maka, tidak ada stimulus yang dapat diproses dengan cara yang persis sama. Pemaparan ini mencerminkan bagaimana proses kognitif "spiral" sebagai perubahan halus dalam basis pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing. Proses kognitif yang sama dipanggil, dan dalam urutan yang sama, tetapi tidak pernah dari titik awal yang sama, sehingga menjadi sebuah spiral daripada sebuah siklus. Lima komponen model Spiral Kognitif yaitu pemikiran perseptual, pemikiran kreatif, pemikiran inventif, pemikiran metakognitif, dan pemikiran kinerja. Semua komponen ini dianggap dapat dialamatkan secara instruksional, meskipun pemikiran kreatif membutuhkan pendekatan pengembangan daripada pendekatan keterampilan. Pemikiran kreatif tidak dapat diarahkan secara eksternal. Fakta bahwa pengetahuan masing-masing individu berbeda dari yang lain mengharuskan pencarian kognitif ini didasarkan pada pengalaman khusus individu tersebut. Justru dengan memaksakan "pola pencarian" itulah, pemikiran kreatif menjadi...


Dalam model Spiral Kognitif, "Pemikiran Perseptual" mengacu pada penemuan dan penerjemahan stimulus melalui indera, dalam kasus rangsangan eksternal, atau pada tingkat kognitif dalam kasus rangsangan yang dihasilkan secara internal, dan mendahului proses berpikir kreatif. Kemudian, pada "Pemikiran Kreatif," stimulus dibandingkan dengan basis pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Dicari pola, perspektif, dan hubungan antara apa yang diketahui dan apa yang disajikan sebagai stimulus. Proses berpikir kreatif disini mengenai pencarian kognitif. Karena itu, tidak pantas mengevaluasi pencarian dalam hal "kebenaran" dalam arti akademis.
 Terlepas dari vonis yang dicapai pemikiran metakognitif, keputusan untuk menerima atau menolak solusi yang ada tetap merupakan keputusan yang disengaja, dan mungkin diharapkan bahwa keputusan tersebut mengarah pada ekspresi, atau kinerja, produk kognitif yang sesuai. Melalui proses-proses yang dimediasi oleh "Pemikiran Kinerja", tekad yang dibuat dalam pemikiran metakognitif menemukan ekspresi yang sesuai. Perilaku adalah ekspresi terbuka dari produk. Kepercayaan dapat dianggap sebagai informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang. Hal yang paling signifikan mengenai model yaitu pilihan untuk mengekspresikan produk sebagai persepsi kognitif. Produk kognitif digunakan sebagai stimulus baru yang memulai proses spiral lainnya. Dengan cara inilah pemikiran kreatif diaktifkan kembali, meskipun dimulai dengan perspektif baru tentang masalah yang sama.
Image result for wow gif

Ternyata untuk memikirkan suatu solusi, otak kita menempuh perjalanan yang panjang yaa.  Percayalah, setiap manusia itu dapat menjadi kreatif dengan persoalan-persoalan dalam hidupnya. Karena sangat bergantung pada kognisi masing-masing individu, eksekusi kita bahkan terhadap suatu ide yang sama akan berbeda satu sama lain. Maka, seharusnya tidak ada pembelaan lagi bagi kita saat hendak melakukan tindak plagiat, wkwkwkk.
Sekian kegabutanku... :) :)


Referensi

Ebert, Edward S. (1994). The Cognitive Spiral : Creative Thinking and Cognitive Processing, The Journal of Creative Behavior, 2, 275-290.
Gambar : Google.com

No comments:

Post a Comment