Tuesday, February 26, 2019

Berawal Dari Keresahan

Halo...
Kembali lagi bersama Ratu Gabut
Mungkin saat ini masyarakat Indonesia, khususnya yang berdomisili di kota-kota besar, sudah familiar dengan platform bertanda berikut ↴

 Image result for simbol gojek

Yap, salah satu platform ojek online (dan yang pertama di Indonesia) yang kini sudah menyediakan berbagai layanan lainnya selain ojek online, didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim. Nadiem Makarim adalah seorang pengusaha Indonesia kelahiran Singapura yang menyelesaikan program pasca-sarjananya di Harvard Business School. Woww... Harvard lohh.

Nadiem Makarim
Sekilas sejarah Gojek, jadi sebenarnya ide dari gojek ini sangat sederhana. Nadiem sang pendirinya melihat bahwa masalah utama ojek konvensional adalah waktu yang tidak produktif seperti mangkal dan menunggu penumpang. Kemudian pengemudi ojek harus bergiliran dalam mengambil penumpang dengan pengemudi ojek lainnya. Disisi lain, masyarakat juga malas untuk berjalan mencari pangkalan ojek. Di kota-kota besar, orang lebih suka menggunakan taxi karena lebih mudah dicari. Tapi kalau aku sih lebih memilih naik angkutan umum aja soalnya taxi sangat menguras dompet hahahaha...
Image result for ga modal

Berdasarkan riset tersebut, Nadiem mendapatkan ide awal untuk melakukan inovasi bagaimana cara menghubungkan pengendara ojek dengan calon penumpangnya. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan ponsel. GoJek dirintis dengan menggunakan sistem yang masih sederhana, yaitu calon penumpang menghubungi melalui telepon atau kirim sms. Pada saat ini, konsumer menggunakan smartphone dalam mengakses platform tersebut.

Dengan motif yang terlihat kecil dan remeh tersebut, sekarang Gojek justru berdampak sangat besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah menambah lapangan pekerjaan. Saat ini, jumlah driver Gojek mencapai 1 juta lebih orang. Gojek juga bermitra dengan lebih dari 125 ribu restoran yang tersebar di seluruh Indonesia. Masih banyak lagi kemitraan Gojek yang memberikan kemudahan bagi kita-kita sekalian untuk mengaksesnya hanya dengan Smartphone dan kuota yang cukup (serta duitnya juga, baik tunai maupun Go-pay). Aku sendiri sering menggunakan layanan gojek yang menurutku tidak begitu menguras dompet, beberapa kali memesan dengan Go-car dan Go-food, dan pernah menggunakan layanan Go-medic. Memang layanan yang begitu memanjakan. 

Kalau menurut pengamatanku, masyarakat perkotaan yang sudah terjangkau Gojek malah cukup bergantung dengan platform ini. Pernah saat masa orientasi di kuliahan, temanku ketinggalan sesuatu yang penting dan kemudian menggunakan Go-send untuk mengantarkannya kepada temanku. Coba kalau ga ada Go-send, kan temanku ini bakal dimarahin habis-habisan sama senior kami (walau akhirnya ketahuan sama senior tapi ga dimarahin habis-habisan lah :'D). Butuh apa-apa, pesen Gojek. Males keluar beli makan, pesen Go-food. Mau pulang ke kos-kosan, diluar hujan badai, mesen Go-car. Mau nganterin barang ke temen, eh mager, pesen Go-send. Begitulah kira-kira dampak Gojek yang dapat aku perhatikan. Pasti masih banyak dampak yang lain.


Image result for males dan main hp
Siapa yang pernah Nge Go-food tengah malam?
Nah, meski pemerintah sekarang pun mendukung adanya platform-platform seperti ini, bukan berarti tidak ada yang melawannya. Pihak yang paling pertama dan paling dekat dengan kerugian tersebut tentu adalah ojek konvensional. Di lingkunganku sendiri, cukup sering tuh driver ojek online darimana pun bertengkar (atau mungkin lebih tepatnya, diajak bertengkar) dengan ojek-ojek yang mangkal disitu. Bahkan sempat ada larangan bisnis transportasi online dari pemerintah pada tahun 2015. Tentu saja hal tersebut diprotes keras oleh mereka yang sudah nyaman menggunakan transportasi online tersebut. Mereka menyuarakan protes di media sosial, yang kemudian mendatangkan komentar bapak presiden sendiri. Pak Joko Widodo turun tangan sendiri untuk membatalkan berlakunya larangan tersebut.


Related image

Ternyata ide-ide yang mungkin terlihat sederhana, kecil, atau mungkin juga remeh bisa berdampak kepada satu negara yaa. Lihat saja Gojek. Gojek sudah melangkah ke pasar Asia Tenggara loh gengs. Jadi Gojek sudah hadir di Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina. Keresahan sang pendiri terhadap kengaretan ojek pangkalan membawanya menjadi Unicorn pertama Indonesia. Unicorn adalah usaha rintisan (startup) yang nilai valuasinya sudah melebihi USD 1 miliar atau Rp 14,3 triliun (1 USD=Rp14.369. Jadi kalau kalian ada keresahan atau kekesalan terhadap sesuatu misalnya nyamuk, kecoa, banjir, coba dipikirin lagi. Siapa tahu bisa kalian jadikan bisnis kedepannya :D

Sekian kegabutan saya...



Sumber
Gambar : Google.com
https://tirto.id/gojek-dan-revolusi-transportasi-umum-b2
https://www.finansialku.com/kisah-sukses-nadiem-makarim-pendiri-gojek/
https://www.go-jek.com/about/
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3582132/cerita-nadiem-makarim-bangun-go-jek-dari-nol-hingga-raih-sukses

Tuesday, February 19, 2019

Berpikir Kreatif Itu Gimana, sih?


Kali ini kita akan sedikit berfilsafat ria. Apa itu kreatif? Apa tolok ukur sehingga suatu ide disebut kreatif? Dahulu kala, aku menganggap kalau kreatif itu mesti membuat suatu hal yang belum pernah ada sebelumnya. Harus baru dan ga tercampur ide orang lain. Misalnya, aku akan disebut kreatif apabila mampu menemukan kacamata yang buat orang tunanetra dapat melihat jelas.


Daaan…. ternyata pengertianku kurang tepat saudara-saudara, sebab hanya Tuhan atau Dewa yang dapat melakukan hal tersebut (creatio ex nihilo – menciptakan dari yang tidak ada menjadi ada.) Suatu ide / gagasan pasti dipengaruhi atau ada hubungannya dengan ide / gagasan yang sudah ada sebelumnya. Para ahli menawarkan model Cognitive Spiral yang dapat menjelaskan konsep pemikiran kreatif tersebut sebagai komponen integral dari semua proses kognitif. Barron dan Harrington (1981) membahas kreativitas sebagai kemampuan kreatif dan pencapaian kreatif. Demikian pula Hennessey dan Amabile (1988) mengemukakan bahwa kreativitas dapat membahas mengenai orang kreatif maupun produk kreatif.
Berikut pendapat lainnya soal kreativitas :

Leary (1964)
"Individu dapat dilihat dalam konteks dua rangkaian kreativitas : kinerja kreatif dan pengalaman kreatif. Dimensi pengalaman dimulai sejak “reproduksi” hingga mencapai “kreatif.” Reproduksi maksudnya yaitu menafsirkan hal-hal hanya dalam kerangka kerja yang telah dipelajari sebelumnya, sedangkan kreatif adalah membawa interpretasi yang tepat dan baru ke dalam pengalaman. Reproduksi adalah pengulangan kombinasi yang lama, sedangkan kreatif melibatkan suatu kombinasi yang baru."


Guilford (1959)
"Pemikiran kreatif sebagai sebuah model yang terdiri dari banyak faktor pokok, proses, atau keduanya. Pemecahan suatu masalah dapat dianggap sebagai usaha yang secara intrinsik adalah kreatif. Berpikir  kreatif dapat diklasifikasikan menjadi beberapa kategori seperti kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, dan elaborasi."









Pemikiran Kreatif dan Pemrosesan Kognitif

Salah satu model pemikiran kreatif yang terkenal adalah Wallas (1926), yaitu : persiapan, inkubasi, iluminasi, dan verifikasi. Pemikiran kreatif dipandang sebagai proses yang sangat khusus. Namun Beyer (1988) menganggap berpikir kreatif dan kritis adalah proses yang "digunakan untuk hampir semua tujuan". Mayer (1983) kemudian menunjukkan kolaborasi antara kedua perspektif ini dengan menyarankan bahwa kreativitas adalah mencari solusi baru untuk suatu masalah, dan pemecahan masalah adalah istilah yang relatif sama dengan pemikiran dan kognisi.

Image result for kolaborasi

Aspek "iluminasi" yang ditawarkan Wallas memenuhi kriteria kebaruan, dan "berpikir untuk tujuan apa pun" dari Beyer ditampung oleh hubungan tersirat antara pemecahan masalah dan kognisi.

Berpikir kreatif ⇒ pemecahan masalah, pemecahan masalah ═ proses kognitif

Kesimpulan ini sejalan juga dengan pendapat Dirkes (1977) yang memberikan perspektif pendidikan dengan menyarankan bahwa sebenarnya semua pembelajaran itu kreatif.
Di lain pihak, Torrance (1965) menggunakan definisi berikut sebagai berpikir kreatif: "... proses merasakan kesulitan, masalah, kesenjangan informasi, elemen yang hilang, sesuatu yang miring ; membuat dugaan dan merumuskan hipotesis tentang kekurangan ini ; mengevaluasi dan menguji dugaan dan hipotesis ini ; mungkin merevisi dan menguji ulang mereka ; dan akhirnya mengkomunikasikan hasilnya”. Maka, seunik apapun ide kita, menjadi sia-sia bila kita tidak mengomunikasikannya ya teman-teman.


Kemudian muncullah gagasan kegunaan yang dicetuskan Mednick (1962). Dalam pandangan Mednick, daftar kognitif terbentuk, ide-ide di daftar teratas adalah yang memiliki asosiasi terkuat diantara informasi baru (yang disajikan sebagai stimulus) dan informasi lama (basis pengetahuan yang dipegang oleh individu.) Individu yang kreatif adalah seseorang yang tidak secara otomatis puas dengan asosiasi yang paling kuat, tetapi terus melanjutkan daftar dan menyelidiki hubungan lain.
Mayer (1983) mendefinisikan kreativitas sebagai aktivitas kognitif yang menghasilkan solusi baru untuk suatu masalah. Dalam hal ini, kreativitas dilihat sebagai suatu proses, hasil dari proses tersebut haruslah bersifat kebaruan, dan merupakan fungsi dari pemecahan masalah. Contoh sehari-harinya adalah soal surat. Dulu, sebelum ada internet, butuh waktu lama dan risiko tinggi untuk kita "ngobrol" dengan teman yang jauh dari kita lewat surat. Sekarang, dengan adanya e-mail, bahkan kita dapat chattingan dengan teman di lain benua dalam hitungan detik, asal kedua pihak memiliki kuota dan terjangkau internet :) Penemu e-mail sudah memecahkan masalah jarak dan waktu untuk kita dalam bertukar kabar dengan teman yang jauh dari kita secara kreatif. Mungkin masyarakat secara luas menganggap kreatif itu harus unik, beda dari yang lain. Namun, Gallagher (1975) berpendapat bahwa penentuan keunikan adalah relatif dan didasarkan pada pengalaman individu tersebut.


The Cognitive Spiral

Asumsi dasar Cognitive Spiral adalah bahwa otak merupakan suatu sistem penyelesaian masalah yang alami. 
The Cognitive Spiral Model

Proses evaluatif di otak kita menentukan kebutuhan mengakses kembali memori jangka panjang. Jika kita bertekad bahwa solusi yang kita tahu sekarang ini tidak dapat diterima, maka pemrosesan kembali terjadi. Informasi yang ada ini tentu mempengaruhi upaya kita selanjutnya dalam memecahkan masalah, dengan menghilangkan setidaknya satu solusi dan mengharuskan kemungkinan lain untuk kita identifikasi. Dalam pandangan ini, setiap kali stimulus diproses, basis pengetahuan kita diubah. Mungkin diperkuat, atau dipertanyakan, atau juga ditambahkan.
Pengetahuan sebagai wujud yang dinamis itu terus berkembang, beradaptasi, berorganisir, berasimilasi, sehingga membuat setiap stimulus adalah pengalaman baru. Maka, tidak ada stimulus yang dapat diproses dengan cara yang persis sama. Pemaparan ini mencerminkan bagaimana proses kognitif "spiral" sebagai perubahan halus dalam basis pengetahuan dipengaruhi oleh pengalaman masing-masing. Proses kognitif yang sama dipanggil, dan dalam urutan yang sama, tetapi tidak pernah dari titik awal yang sama, sehingga menjadi sebuah spiral daripada sebuah siklus. Lima komponen model Spiral Kognitif yaitu pemikiran perseptual, pemikiran kreatif, pemikiran inventif, pemikiran metakognitif, dan pemikiran kinerja. Semua komponen ini dianggap dapat dialamatkan secara instruksional, meskipun pemikiran kreatif membutuhkan pendekatan pengembangan daripada pendekatan keterampilan. Pemikiran kreatif tidak dapat diarahkan secara eksternal. Fakta bahwa pengetahuan masing-masing individu berbeda dari yang lain mengharuskan pencarian kognitif ini didasarkan pada pengalaman khusus individu tersebut. Justru dengan memaksakan "pola pencarian" itulah, pemikiran kreatif menjadi...


Dalam model Spiral Kognitif, "Pemikiran Perseptual" mengacu pada penemuan dan penerjemahan stimulus melalui indera, dalam kasus rangsangan eksternal, atau pada tingkat kognitif dalam kasus rangsangan yang dihasilkan secara internal, dan mendahului proses berpikir kreatif. Kemudian, pada "Pemikiran Kreatif," stimulus dibandingkan dengan basis pengetahuan yang dimiliki oleh individu. Dicari pola, perspektif, dan hubungan antara apa yang diketahui dan apa yang disajikan sebagai stimulus. Proses berpikir kreatif disini mengenai pencarian kognitif. Karena itu, tidak pantas mengevaluasi pencarian dalam hal "kebenaran" dalam arti akademis.
 Terlepas dari vonis yang dicapai pemikiran metakognitif, keputusan untuk menerima atau menolak solusi yang ada tetap merupakan keputusan yang disengaja, dan mungkin diharapkan bahwa keputusan tersebut mengarah pada ekspresi, atau kinerja, produk kognitif yang sesuai. Melalui proses-proses yang dimediasi oleh "Pemikiran Kinerja", tekad yang dibuat dalam pemikiran metakognitif menemukan ekspresi yang sesuai. Perilaku adalah ekspresi terbuka dari produk. Kepercayaan dapat dianggap sebagai informasi yang disimpan dalam memori jangka panjang. Hal yang paling signifikan mengenai model yaitu pilihan untuk mengekspresikan produk sebagai persepsi kognitif. Produk kognitif digunakan sebagai stimulus baru yang memulai proses spiral lainnya. Dengan cara inilah pemikiran kreatif diaktifkan kembali, meskipun dimulai dengan perspektif baru tentang masalah yang sama.
Image result for wow gif

Ternyata untuk memikirkan suatu solusi, otak kita menempuh perjalanan yang panjang yaa.  Percayalah, setiap manusia itu dapat menjadi kreatif dengan persoalan-persoalan dalam hidupnya. Karena sangat bergantung pada kognisi masing-masing individu, eksekusi kita bahkan terhadap suatu ide yang sama akan berbeda satu sama lain. Maka, seharusnya tidak ada pembelaan lagi bagi kita saat hendak melakukan tindak plagiat, wkwkwkk.
Sekian kegabutanku... :) :)


Referensi

Ebert, Edward S. (1994). The Cognitive Spiral : Creative Thinking and Cognitive Processing, The Journal of Creative Behavior, 2, 275-290.
Gambar : Google.com

Sunday, February 10, 2019

Headphone Sebagai Music Box?

Salam kenal dari penulis. Ini adalah postingan pertamaku sebagai "Si Ratu Gabut". Tulisan kali ini mungkin tidak begitu berfaedah, namun aku berharap pembaca dapat belajar suatu hal dari sini. Aku akan lebih menceritakan pengalaman-pengalamanku baik saat gabut maupun tidak yang aku rasa cukup menarik dan berbau kreatif.
Nah, sebagai yang pertama, aku mau cerita kalau kemarin aku kehilangan Smartphoneku. Kayanya sih jatuh di angkot.


Related image

Sedihnya, saat itu Smartphoneku secara sengaja aku bikin mode pesawat dengan tujuan menghemat baterai. Hal ini menyebabkan aku tidak dapat melacak Smartphoneku.

 

 Aku merasa hidupku sangat hampa selama kurang lebih seminggu sebelum memiliki Smartphone baru. Iya sih, hampir semua aktivitas di Smartphone dapat kulakukan di laptop. Masalahnya adalah, memakai laptop terlalu lama dapat menyebabkan kepalaku itu pusing (bandingkan https://www.klikdokter.com/tanya-dokter/read/2740791/pusing-dan-mual-akibat-terlalu-lama-di-depan-layar-komputer). Sementara aku memiliki hobi mendengarkan musik sebelum tidur. Lagu apa saja yang ada di Smartphoneku biasanya akan kuputar, termasuk lagu buatanku sendiri (asseeek). Awalnya aku menggunakan Laptop untuk memutar musik. Namun aku merasa tidak begitu nyaman. Akhirnya aku menemukan cara baru.
Pada hari ketiga setelah aku kehilangan Smartphone, aku menyadari bahwa aku punya Headphone yang memiliki fasilitas mendengarkan lagu yang berasal dari kartu memori. Aku memang ga punya kartu memori, tapi kebetulan aku sedang meminjam kamera punya kakakku. Ketika aku memeriksa kamera tersebut,

 Image result for tadaaa

ternyata terdapat kartu memori disitu. Maka aku mengisi kartu memori tersebut dengan lagu-lagu kesukaanku dari Laptop. Setelah itu, aku dapat mendengarkan musik tanpa perlu menggunakan Laptop maupun Smartphone. Tapi…


Menurut sumber yang kupercaya (bandingkan https://hellosehat.com/hidup-sehat/tips-sehat/hilang-pendengaran-mendengarkan-musik-dari-earphone/), tidak baik untuk mendengarkan musik melalui Headset maupun Headphone terlalu lama. Apalagi Headphoneku bukan Headphone mahal yang terjamin keamanannya. Kan, aku tidak menginginkan telingaku rusak dini. Oleh karena itu, aku naikin tuh volume Headphoneku sampai maksimal. Karena bukan Headphone mahal, bantalan di speakernya ngga tebal-tebal amat (malah sangat tipis), sehingga suara yang dihasilkan pun dapat terdengar meski aku tidak menggunakannya menempel di telingaku. Fungsinya jadi mirip dengan Music Box.

Image result for music box fur elise

Aku memakai cara ini sampai Smartphoneku ada lagi.


Demikianlah kegabutanku. JJJ


Gambar selain Headphone bersumber dari Google.com