Kembali lagi bersama Ratu Gabut ☺
Mungkin saat ini masyarakat Indonesia, khususnya yang berdomisili di kota-kota besar, sudah familiar dengan platform bertanda berikut ↴
Yap, salah satu platform ojek online (dan yang pertama di Indonesia) yang kini sudah menyediakan berbagai layanan lainnya selain ojek online, didirikan pada tahun 2010 oleh Nadiem Makarim. Nadiem Makarim adalah seorang pengusaha Indonesia kelahiran Singapura yang menyelesaikan program pasca-sarjananya di Harvard Business School. Woww... Harvard lohh.
Nadiem Makarim |
Sekilas sejarah Gojek, jadi sebenarnya ide dari gojek
ini sangat sederhana. Nadiem sang pendirinya melihat bahwa masalah utama ojek konvensional
adalah waktu yang
tidak produktif seperti mangkal dan
menunggu penumpang. Kemudian pengemudi
ojek harus bergiliran dalam mengambil penumpang dengan pengemudi ojek lainnya. Disisi lain, masyarakat
juga malas untuk berjalan mencari pangkalan ojek. Di kota-kota besar,
orang lebih suka menggunakan taxi karena lebih mudah dicari. Tapi kalau aku sih lebih memilih naik angkutan umum aja soalnya taxi sangat menguras dompet hahahaha...
Berdasarkan riset tersebut, Nadiem mendapatkan ide awal untuk
melakukan inovasi bagaimana cara menghubungkan pengendara ojek dengan calon
penumpangnya. Salah satu solusinya adalah dengan menggunakan ponsel. GoJek dirintis dengan
menggunakan sistem yang masih sederhana, yaitu calon penumpang
menghubungi melalui telepon atau kirim sms. Pada saat ini, konsumer menggunakan smartphone dalam mengakses platform tersebut.
Dengan motif yang terlihat kecil dan remeh tersebut, sekarang Gojek justru berdampak sangat besar dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya adalah menambah lapangan pekerjaan. Saat ini, jumlah driver Gojek mencapai 1 juta lebih orang. Gojek juga bermitra dengan lebih dari 125 ribu restoran yang tersebar di seluruh Indonesia. Masih banyak lagi kemitraan Gojek yang memberikan kemudahan bagi kita-kita sekalian untuk mengaksesnya hanya dengan Smartphone dan kuota yang cukup (serta duitnya juga, baik tunai maupun Go-pay). Aku sendiri sering menggunakan layanan gojek yang menurutku tidak begitu menguras dompet, beberapa kali memesan dengan Go-car dan Go-food, dan pernah menggunakan layanan Go-medic. Memang layanan yang begitu memanjakan.
Kalau menurut pengamatanku, masyarakat perkotaan yang sudah terjangkau Gojek malah cukup bergantung dengan platform ini. Pernah saat masa orientasi di kuliahan, temanku ketinggalan sesuatu yang penting dan kemudian menggunakan Go-send untuk mengantarkannya kepada temanku. Coba kalau ga ada Go-send, kan temanku ini bakal dimarahin habis-habisan sama senior kami (walau akhirnya ketahuan sama senior tapi ga dimarahin habis-habisan lah :'D). Butuh apa-apa, pesen Gojek. Males keluar beli makan, pesen Go-food. Mau pulang ke kos-kosan, diluar hujan badai, mesen Go-car. Mau nganterin barang ke temen, eh mager, pesen Go-send. Begitulah kira-kira dampak Gojek yang dapat aku perhatikan. Pasti masih banyak dampak yang lain.
Siapa yang pernah Nge Go-food tengah malam? |
Nah, meski pemerintah sekarang pun mendukung adanya platform-platform seperti ini, bukan berarti tidak ada yang melawannya. Pihak yang paling pertama dan paling dekat dengan kerugian tersebut tentu adalah ojek konvensional. Di lingkunganku sendiri, cukup sering tuh driver ojek online darimana pun bertengkar (atau mungkin lebih tepatnya, diajak bertengkar) dengan ojek-ojek yang mangkal disitu. Bahkan sempat ada larangan bisnis transportasi online dari pemerintah pada tahun 2015. Tentu saja hal tersebut diprotes keras oleh mereka yang sudah nyaman menggunakan transportasi online tersebut. Mereka menyuarakan protes di media sosial, yang kemudian mendatangkan komentar bapak presiden sendiri. Pak Joko Widodo turun tangan sendiri untuk membatalkan berlakunya larangan tersebut.
Ternyata ide-ide yang mungkin terlihat sederhana, kecil, atau mungkin juga remeh bisa berdampak kepada satu negara yaa. Lihat saja Gojek. Gojek sudah melangkah ke pasar Asia Tenggara loh gengs. Jadi Gojek sudah hadir di Vietnam, Singapura, Thailand, dan Filipina. Keresahan sang pendiri terhadap kengaretan ojek pangkalan membawanya menjadi Unicorn pertama Indonesia. Unicorn adalah usaha rintisan (startup) yang nilai valuasinya sudah melebihi USD 1 miliar atau Rp 14,3 triliun (1 USD=Rp14.369. Jadi kalau kalian ada keresahan atau kekesalan terhadap sesuatu misalnya nyamuk, kecoa, banjir, coba dipikirin lagi. Siapa tahu bisa kalian jadikan bisnis kedepannya :D
Sekian kegabutan saya...
Sumber
Gambar : Google.com
https://tirto.id/gojek-dan-revolusi-transportasi-umum-b2
https://www.finansialku.com/kisah-sukses-nadiem-makarim-pendiri-gojek/
https://www.go-jek.com/about/
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3582132/cerita-nadiem-makarim-bangun-go-jek-dari-nol-hingga-raih-sukses